Menurut hasil penelitian, mereka yang minta nyawanya dicabut, sebagian besar menderita penyakit gangguan syaraf, seperti lumpuh, Parkinson, multiple sclerosis, dan penyakit syaraf penggerak. Euthanasia atau bunuh diri dengan bantuan orang lain, memang telah dilegalkan Swiss sejak 1940-an. Asalkan, orang itu tak memiliki kepentingan langsung dengan kematian orang bersangkutan.
Metode Kematian
Dilaporkan hampir semua bantuan kematian ini memanfaatkan
pentobarbital sodium. Hanya empat saja orang yang menggunakan metode
menghirup helium.
Metode bantuan kematian ini dipublikasikan secara luas dan digambarkan sebagai cara yang 'menyiksa'.
Namun demikian, gambaran metode itu ternyata tak menyusutkan orang
untuk menggunakan bantuan itu. Peneliti Universitas Zurich nyatanya
menemukan bantuan kematian itu telah menarik jumlah 'wisatawan' bunuh
diri ke Swiss.
Julian Mausbach, penulis studi dan peneliti di Pusat Center Kesehatan, Etika dan Hukum Universitas Zurich melansir Wall Street Journal menyebutkan untuk menjalani layanan itu, setiap pasien dikenakan biaya yang US$3000 setara Rp34,8 juta.
Mengenai penyebab kenaikan jumlah orang ke Swiss untuk bunuh diri, berdasarkan laporan Wall Street Journal, menurut
Mausbach, tak terlepas dari pelarangan aturan bantuan bunuh diri di
berbagai negara di dunia, termasuk Inggris dan Italia.
Sedangkan peraturan di Swiss yang memperbolehkan bantuan bunuh
diri. Undang-undang di Swiss memungkinkan bantuan bunuh diri asalkan
tidak atas dasar egois. Peluang ini mendorong warga luar Swiss untuk
mencoba layanan mereka.
Disebutkan Mausbach, Inggris dan Italia tercatat melarang bantuan
bunuh diri itu. Sedangkan selain Swiss, wilayah Amerika Serikat seperti
Oregon, Washington dan Montana telah memperbolehkan bantuan bunuh diri.
Negara Eropa lain, Belanda juga telah menerima aturan bantuan bunuh diri
sejak lama.
Menurut analisa dari 611 kasus antara 2008 dan 2012, terlihat bahwa
orang asing yang minta dibunuh di Swiss berasal dari 31 negara berbeda.
Kebanyakan mereka berusia sekitar 69 tahun. Sebagian besar berasal dari
Jerman, sedangkan 20 persen lainnya, dari Inggris. Tak sedikit pula yang
berasal dari Prancis dan Italia.
Diolah dari viva.co.id dan republika
0 Komentar
Penulisan markup di komentar